Skip to content
4 Juni 2025
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Beranda
  • Redaksi
POJOKDESA.ID

POJOKDESA.ID

Primary Menu
  • Home
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Olahraga
POJOKDESA.ID
  • Home
  • POJOK PEMIKIRAN BUNG KARNO SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN SEJARAH

POJOK PEMIKIRAN BUNG KARNO SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN SEJARAH

pojokdesa 17 Februari 2025
20250217_185320

Pojokdesa.id – PONTIANAK. Jangan Sekali-Kali Meninggalkan Sejarah (JAS MERAH) merupakan kutipan kata Pidato trakhir Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.

Kutipan kata yang ia sampaikan dalam pidato perayaan HUT RI pada tanggal 17 Agustus 1966 ini menjadi kutipan kata dalam pidato trakhir Presiden Bung Karno, tak hanya disampaikan melalui pidato, petuah tentang pentingnya mempelajari sejarah juga ia tulis dalam berbagai karya bukunya. Keyakinan Bung Karno terhadap sejarah sangatlah kuat, bahkan didalam Buku Penyambung Lidah Rakyat, Biografi Bung Karno yang di tulis oleh Cindy Adams, ia bercerita saat dirinya hendak di tangkap dan di penjarakan oleh pemerintahan Hindia Belanda karena dituduh makar, ia meyakini bahwa kemenangan perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan keharusan sejara sekalipun ia harus dilempar kedalam bui yang tak berpenghuni.

“Sekalipun berabad-abad mereka menjerumuskan puluhan ribu rakjat masuk bui dan masih saja melemparkan kita kedalam pembuangan ditempat-tempat yang tidak berpenduduk, jauh dari masyarakat manusia, saat nya akan tiba pada waktu
mana mereka akan musnah dan kita memperoleh kemenangan. Kemenangan kita adalah suatu keharusan
sejarah—tidak bisa dielakkan.”, Bung Karno.

Perkataan tersebut hendak memberi pesan kepada generasi saat ini tentang pentingnya mengetahui sejarah bangsanya dan yakinlah terhadap sejarah tersebut, menurutnya perbuatan perbuatan yang dilakukan untuk bangsa dan negara akan dicatat dalam sejarah.

Maka bagi Soekarno kemerdekaan Indonesia yang di peroleh tersebut merupakan akumulasi dari hasil perjuangan di masa lampau. Ia meyakini kemerdekaan itu merupakan hasil dari perjuangan panjang rakyat Indonesia untuk melepaskan diri dari sistem penindasan dan kemelaratan yang dilakukan bangsa penjajah terhadap bangsa Indonesia yang berlangsung selama 350 tahun lamanya.

Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil dari perjalanan sejarah yang sangat pahit pernah dirasakan bangsa ini. Dari pengalaman pahit itu, banyak pikiran, tenaga bahkan hidup yang dikorbankan demi terwujudnya kemerdekaan bangsa dan berdirinya Negara Indonesia. Perjuangan itu tak boleh dilupakan karena jika perjuangan di masa lampau itu dilupakan bangsa ini akan patah arah, Soekarno mengatakan ibarat seseorang yang berdiri kebingungan yang tak tau arah seperti kera kejepit didalam kebingungan.

Oleh karenanya kutipan kata petuah JAS MERAH (Jangan Sekali-kali meninggalkan Sejarah) adalah pengingat bagi generasi sekarang untuk tidak melupakan sejarah bangsanya sendiri. Bung Karno berkata “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa para pahlawannya.”

Banyak kutipan kata-kata petuah Bung Karno yang menyiratkan pesan moral dan menjadi motivasi yang masih sangat relevan bagi generasi bangsa hari ini. Kutipan kata-kata yang ia sampaikan baik dalam banyak pidato maupun dalam tulisan di berbagai majalah yang pernah di muat dan dalam karya buku-buku yang ia tulis sendiri, menunjukan bahwa di dalam diri Bung Karno terdapat alam pikiran dan Idealisme yang kuat dimiliki sosok pemimpin besar Indonesia ini.

Alam pikiran yang lahir dari realitas kehidupan rakyat Indonesia yang kala itu berada dalam jurang kemelaratan, kondisi yang bangsa yang di jajah di tanahnya sendiri dan menjadi pesuruh bangsa lain, jangankan untuk menyimpan kelebihan rezeki yang di peroleh dari hasil kerjanya, untuk kebutuhan makan rakyat bersama keluarganya sehari-hari saja tak cukup.

Dari realitas melihat dan merasakan pahitnya kondisi rakyat Indonesia itu, lahirlah sebuah pemikiran yang ia sebut Marhaenisme. Pemikiran yang lahir dari realitas kemelaratan rakyat Indonesia, pemikiran yang memuat azas dan strategi perjuangan kaum marhaen (melarat) yang ia jadikan tuntunan perjuangan kaum melarat Indonesia untuk terlepas dari belenggu sistem penjajahan yang menjadi sumber kemelaratan.

Pemikiran yang mengilhami semangat nasionalisme yang berdiri atas dasar persatuan dan persamaan sebagai bangsa yang berdaulat menentukan nasibnya sendiri (Demokrasi Politik) tanpa adanya penindasan manusia terhadap manusia (Exploitation The Homme Par Homme) dan penindasan bangsa terhadap bangsa (exploitation the nation par Nation).

Pemikiran yang tak hanya menginginkan adanya demokrasi politik namun juga pemikiran yang menghendaki persamaan dan pemerataan rezeki (Demokrasi Ekonomi) rakyat Indonesia.

Ide dan gagasan yang keluar dari alam pikiran melihat realitas sosial, politik dan ekonomi rakyat Indonesia yang tak berdaya itulah, terus bergejolak dalam diri the Founding Father (Bapak pendiri bangsa) ini.

Menurutnya ketidakberdayaan itu bukan karena kodrat Tuhan yang menjadikan bangsa ini sebagai bangsa kuli bangsa yang disebut Penjajah kala itu sebagai bangsa/rakyat bermental inlander.

Pemahaman tersebut jelas tak di benarkan Soekarno, bagi Soekarno kemelaratan dan kemiskinan yang di alami rakyat Indonesia akibat dari sistem imperialisme (penjajahan) bangsa penjajah terhadap bangsa Indonesia, penjajahan itu terjadi karena keserakahan hasrat kapitalisme bangsa penjajah untuk kepentingan ekonomi bangsanya sendiri (Kapitalisme).

Hal itulah yang menjadi penyebab utama melaratnya rakyat Indonesia. Sistem Imperialisme dan kapitalisme yang membelenggu bangsa ini selama 350 tahun lamanya itu yang menjadikan bangsa ini terperosok ke jurang kemiskinan.

Pemahaman tersebut baik melalui pidato maupun tulisan terus bung Karno gelorakan kepada rakyat Indonesia. Pemikirannya yang ia gelorakan itu dapat membuka tabir rakyat tentang penindasan yang dialami bangsa Indonesia. Pemikirannya mampu membangkitkan pandangan dan semangat nasionalisme rakyat untuk menjadi satu bangsa yang merdeka dan berdaulat menentukan nasibnya sendiri.

Tentu pemikiran radikal Bung Karno itu mengusik kenyamanan penguasa bangsa penjajah, sehingga untuk membungkam pemikiran-pemikirannya tersebut Bung Karno harus merasakan pahitnya di penjara

Dari pintu penjara ke pintu penjara lain telah ia rasakan, keyakinannya tetap kokoh dan tak membuat Putra Sang Fajar itu bungkam. Dari penjara ia menulis pledoi pembelaannya yang memuat kutipan kata petuah Bung Karno yang juga tak kalah fenomenal. Kutipan kata yang menyiratkan pesan bahwa kemerdekaan tak diperoleh dengan hanya berdiam diri dengan menengadah belas kasihan namun kemerdekaan diperoleh dengan usaha, persatuan dan perjuangan.

Kutipan kata Bung Karno yang fenomenal tersebut ialah “Matahari bukan terbit karena ayam berkokok, tetapi ayam jantan berkokok karena matahari terbit”. Tulis Bung Karno dalam pledoi pembelaan yang ia bacakan di hadapan Hakim Pemerintahan Hindia Belanda. Pledoi pembelaan yang ia beri judul Indonesia Menggugat. Pledoi inilah yang saat ini dikenal sebagai salah satu buku karya monumental Bung Karno berjudul Indonesia Menggugat.

Tak terhitung kutipan kata-kata petuah Bung Karno, kutipan kata yang ia sampaikan bak seorang penyair tersebut menyimpan maksud yang dalam tentang arti kehidupan agar bangsa ini tak takut memperjuangkan kepentingan rakyat yang miskin dan melarat, karena telah terbukti dalam sejarah bangsa Indonesia, jika kebenaran pasti akan menang.

Kutipan kata-kata petuah dan keyakinan yang kuat terhadap sejarah untuk berani memperjuangkan kepentingan rakyat miskin dan melarat karena ketidak Adilan sistem tersebut patut ditiru bagaimana generasi dan pemimpin bangsa hari ini. Setiap Kebijakan-kebijakan yang di buat pemerintah haruslah bersandar pada kepentingan rakyat yang miskin dan melarat, karena apabila tak disandarkan kepada itu, maka yakinlah sejarah bangsa ini akan mencatat perbuatan tersebut.

Idealisme pemikiran yang seragam antar ucapan dan tindakan Bung Karno patut menjadi tauladan bagi generasi dan pemimpin bangsa hari ini. Keseragaman antar pikiran, ucapan dan perbuatan untuk berpihak kepada kepentingan rakyat iyang melarat dan miskin itu ia buktikan dengan salah satunya kebijakan yang sangat berpihak kepada kepentingan rakyat Indonesia. Pengesahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Pokok-Pokok Agraria yang didalamnya memuat pasal tentang pemerataan tanah kepada rakyat Indonesia (Land Reform), menjadi bukti bahwa Bung Karno adalah sosok pemimpin yang sangat Idealis, pemimpin besar Indonesia sekaligus juga Pemikir Besar Indonesia.

Bapak bangsa yang membawa perubahan besar bagi bangsa Indonesia. Sosok yang berhasil menghantarkan bangsa ini menuju jembatan emas kemerdekaan, jembatan yang ia katakan dalam buku Menuju Indonesia Merdeka sebagai Jembatan Emas di mana di unjung jembatan emas itu jalan pecah jadi dua, satu ke dunia sama rata sama rasa dan satu ke dunia sama ratap sama tangis. Namun Soekarno tetaplah manusia yang jauh dari kata sempurna, ia manusia biasa yang juga tak luput dari kesalahan, akan tetapi kehadirannya menjadi yang diberikan Tuhan kepada bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, Persatuan Alumni GMNI Kota Pontianak menggagas Pojok Pemikiran Bung Karno di Perpustakaan Daerah Provinsi Kalbar. Gagasan yang menginginkan adanya galeri khusus yang memuat buku-buku tentang kisah hidup pengalaman serta pemikiran Bung Karno coba di wujudkan PA GMNI Kota Pontianak melalui kegiatan Pojok Pemikiran Bung Karno

Pojok pemikiran Bung Karno yang memuat Buku-buku khusus yang ditulis langsung oleh Bung Karno atau buku yang di tulis oleh penulis lain yang mengagumi pemikiran-pemikiran Bung Karno dapat di muat dalam galeri Pojok Pemikiran Bung Karno tersebut.

Dengan melakukan penggalangan donasi secara sukarela yang diberikan baik berbentuk buku atau dana pengadaan buku untuk keperluan galeri khusus tersebut telah dilakukan PA GMNI Pontianak dari tanggal 15 Desember 2024 sampai 15 Januari 2025 lalu.

Dari hasil gotong royong bersama Kader, Alumni dan Kas Organisasi PA GMNI Pontianak berhasil mengumpulkan 45 judul buku tentang sejarah hidup dan pemikiran Bung Karno lengkap dengan perlengkapan galeri untuk menyimpan buku-buku tersebut.

Setelah proses penggalangan donasi dan pengadaan buku beserta perlengkapan yang di perlukan untuk mewujudkan Galeri Pojok Pemikiran Bung Karno terkumpul, PA GMNI Kota Pontianak menyerahkan Buku dan perlengkapan tersebut kepada Perpustakaan Daerah Provinsi Kalbar. Buku yang di serahkan tersebut menjadi hibah PA GMNI Kota Pontianak kepada Perpustakaan Daerah Provinsi Kalbar.

Buku tersebut nantinya menjadi aset perpustakaan untuk dapat dibaca oleh masyarakat umum dengan ketentuan yang berlaku di Perpustakaan Daerah Provinsi Kalbar.

Dari serangkaian tahapan proses tersebut, PA GMNI Kota Pontianak dengan Dinas Perpustakaan Daerah Kalbar telah menginisiasi untuk melakukan launching Pojok Pemikiran Bung Karno yang dikemas dalam kegiatan Dialog Kebangsaan yang bakal berlangsung di Aula Perpustakaan Daerah Kalbar.

Launching Pojok Pemikiran Bung Karno di Perpustakaan Daerah Provinsi Kalbar itu akan diselenggarakan pada, Jumat, 21 Februari 2025, mendatang, Pukul 13.00 Wib, dengan mengusung tema “Ikhtisar Dan Refleksi Pemikiran Bung Karno”

Dari inisiatif Pojok Pemikiran Bung Karno di Perpustakaan Daerah Provinsi Kalbar ini PA GMNI Kota Pontianak berharap generasi saat ini dan yang akan datang untuk terus ingat terhadap sejarah bangsanya sendiri.

Selain itu, PA GMNI Kota Pontianak juga berupaya agar masyarakat dan generasi muda hari ini untuk membaca kembali tentang pemikiran-pemikiran Bung Karno agar untuk bekal di masa yang akan datang.

Melalui Pojok Pemikiran Bung Karno inilah, masyarakat Kalbar dapat langsung membaca dan memahami pemikiran Bung Karno di Perpustakaan Daerah Provinsi Kalbar. Jasadnya boleh mati namun pemikiran-pemikiran besarnya yang ia tulis menjadi warisan yang terus abadi hingga akhir jaman.

Untuk mengupas lebih dalam tentang pemikiran Bung Karno tersebut Launching Pojok Pemikiran Bung Karno di Perpustakaan Daerah Provinsi Kalbar yang akan dilaksanakan PA GMNI Kota Pontianak tersebut akan menghadirkan tiga narasumber.

Diantaranya yakni Moch. Andre WP dari Balai Kajian Sejarah Provinsi Kalbar, Niken Tia Tanita, Anggota DPRD Provinsi Kalbar, Hermawansyah Alumni GMNI Kalbar dan sebagai Pembuka atau Opening Speaker kegiatan ini nanti akan disampaikan oleh Drs. Sugeng Hariadi selaku Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalbar serta sambutan dari DPP PA GMNI atau yang mewakili.

Kegiatan yang akan di moderator oleh Abdul Haris, Alumni GMNI Kota Pontianak ini nanti bersifat umum, Sekretariat PA GMNI Kota Pontianak, Robyanto mempersilahkan bagi siapapun masyarakat yang berkenan mengikuti kegiatan launching Pojok Pemikiran Bung Karno ini untuk hadir untuk mengikuti berdiskusi bersama tentang pemikiran bung Karno dan merefleksikannya dengan realitas kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia hari ini. Terimakasih.

Ditulis Oleh. Robyanto
Sekretaris PA GMNI Kota Pontianak.

Continue Reading

Previous: Tak Ingin Dilupakan Sejarah, PA GMNI Pontianak Bakal Launching Pojok Pemikiran Bung Karno di Perpustakaan Daerah Kalbar
Next: Pertama Kali di Indonesia, PA GMNI Pontianak Launching Pojok Pemikiran Bung Karno di Perpustakaan Daerah Provinsi Kalbar
Space Iklan Pojokdesa.id

Berita Terkait

Dr. Muhammad Adib. M.A.

Mengingat Islam Nusantara, Manhaj Islamiyah dan Basis Ideologi Perubahan Menuju Tatanan Masyarakat yang Adil Sejahtera

pojokdesa 1 Juni 2025
20250527_053121

Menjaga Idealisme di Tengah Godaan Dunia Kerja

pojokdesa 27 Mei 2025
Konfercab PA GMNI Kota Pontianak

Gelar Konfercab Ke Dua, PA GMNI Pontianak Berhasil Tetapkan Genialogi Gerakan dan Nahkoda Baru Organisasi Priode 2025-2030

pojokdesa 27 Mei 2025
GMNI Cabang Jakarta Selatan Nyatakan Sikap Desak Reformasi Struktural di Pemerintahan

GMNI Cabang Jakarta Selatan Nyatakan Sikap Desak Reformasi Struktural di Pemerintahan

pojokdesa 23 Mei 2025
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Beranda
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Beranda
  • Redaksi
POJOKDESA.ID MEDIA ARUS BAWAH | MoreNews by AF themes.
Kontak Redaksi Pojokdesa.id